Sebelumnya, sudah banyak pasien yang pernah mengalami peristiwa mendekati kematian (NDE) mengatakan, otaknya memutar kilas balik kehidupan dalam beberapa detik. Sayangnya, hipotesis tersebut masih belum disertai bukti pendukung konkret hingga ditemukan hasil rekaman EEG dari pasien berusia 87 tahun tersebut.
Sebagai pemimpin dari penelitian ini, Zemmar, dalam studinya yang diterbitkan melalui jurnal Frontiers in Aging Neuroscience pada 2016 membuktikan cara kerja otak menjelang kematian ternyata mirip dengan saat otak menghadapi peristiwa hampir mendekati kematian.
Baca Juga:
Sekali Gunakan Napza, Psikiater sebut Bisa Sebabkan Penurunan Fungsi Otak
Menariknya, otak memutar seluruh memori-memori penting dalam kehidupan hanya dalam waktu singkat sebelum menjelang kematian. Tepatnya, selama 30 detik sebelum jantung berhenti berdetak.
"Melalui proses osilasi saraf yang memicu kilas balik memori, otak mungkin mengulas peristiwa penting di kehidupan sebelum kita meninggal. Mirip dengan yang dilaporkan dalam pengalaman mendekati kematian," kata Zemmar.
Kenapa otak bisa mengulas kembali memori yang lama?
Baca Juga:
Manfaat Ubi Jalar untuk Kesehatan Tubuh
Tepat sebelum dan setelah jantung berhenti bekerja, justru osilasi gamma saraf di otak masih bekerja aktif dalam waktu yang singkat. Osilasi saraf sendiri merupakan pola aktivitas otak yang biasanya ditemukan pada otak manusia yang masih hidup.
Biasanya osilasi gamma ini aktif digunakan dalam fungsi kognitif tingkat tinggi seperti, berkonsentrasi, bermimpi, meditasi, pengambilan memori, pemrosesan informasi, dan persepsi sadar. Begitu pula kilas balik memori yang merupakan bagian dari fungsi saraf osilasi gamma.
"Tim juga mengumpulkan data tentang jenis osilasi lain selama kematian, termasuk gelombang delta, theta, alfa dan beta. Tapi, gelombang gamma yang menunjuk ke arah (pasien) memutar ulang ingatan sepanjang hidupnya di otaknya, sebuah fenomena yang dikenal sebagai life recall," tulis Live Science.