WahanaNews.co.id | Otoritas Ukraina menegaskan tidak akan menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Rusia, yang melibatkan penyerahan wilayah.
Penegasan ini disampaikan di tengah seruan gencatan senjata segera saat pasukan Rusia meningkatkan serangan di wilayah timur dan selatan Ukraina.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Seperti dilansir detikcom dari BBC dan Reuters, Senin (23/5/2022), sikap Ukraina menjadi semakin kuat tanpa kompromi dalam beberapa pekan terakhir, ketika Rusia mengalami kemunduran militer.
Namun sejumlah pejabat Ukraina menjadi semakin khawatir mereka akan dipaksa mengorbankan wilayah demi kesepakatan damai.
"Perang harus berakhir dengan pemulihan penuh integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina," tegas kepala staf kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, dalam pernyataan via Twitter pada Minggu (22/5) waktu setempat.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Ada seruan dari sejumlah negara Barat untuk gencatan senjata segera, yang bisa saja melibatkan pasukan Rusia yang tersisa di sejumlah wilayah yang diduduki di Ukraina bagian timur dan selatan sejak invasi dilancarkan pada 24 Februari lalu.
Seruan terkini datang dari Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin dan Perdana Menteri (PM) Italia Mario Draghi, yang mencetuskan agar gencatan senjata 'harus dicapai sesegera mungkin'.
Penasihat kepresidenan Ukraina, Mykhaylo Podolyak, dalam tanggapannya menolak seruan gencatan senjata segera, karena itu berarti pasukan Rusia akan tetap berada di wilayah-wilayah yang diduduki posisi yang tidak bisa diterima oleh Kiev.