WahanaNews.co.id | Jumlah kasus yang dilaporkan di Korea Selatan (Korsel) dalam 24 jam terakhir berjumlah 13.012 kasus. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan tanggal 9 Januari lalu saat kasus tercatat 3.000 saja.
Para pejabat kesehatan setempat menyebut kemungkinan varian Omicron berkontribusi cukup besar. Saat ini varian Omicron menjadi penyebab lebih dari 90 persen infeksi baru di Korsel.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Mereka juga telah memprediksi ledakan kasus harian hingga 20-30 ribu lebih dalam beberapa bulan ke depan.
"Ke depan, prioritas utama kami adalah mengurangi pasien sakit kritis dan kematian," kata Perdana Menteri Kim Boo-kyum dalam pertemuan antar kementerian seperti dilansir detikcom.
Adanya lonjakan kasus Covid-19 di Korsel membuat pemerintah berupaya untuk mengubah sistem pengujian Covid-19 demi menekan beban kapasitas tes negara itu. Bagi kelompok prioritas seperti lansia dan warga dengan komorbid akan diizinkan langsung mengadakan PCR.
Baca Juga:
Pengusaha WN Korsel Ditangkap KLHK Sulbar Soal Tambang Pasir: CV Wahab Tola Sah Punya IUP dan SHM
Sementara, untuk golongan di luar itu diharuskan melakukan antigen terlebih dahulu. "Program ini akan diperluas pada 29 Januari untuk mencakup sekitar 256 tempat pengujian yang dikelola negara secara nasional, dan kemudian ratusan klinik lokal mulai 3 Februari mendatang," tambahnya.
Pemerintah juga telah memotong masa isolasi wajib bagi orang-orang yang telah divaksinasi namun dinyatakan positif, dari 10 hari menjadi tujuh hari. Hal ini untuk membebaskan sumber daya yang dimiliki pejabat berwenang agar dapat menangani kasus berat lainnya.
Tambahan informasi, kasus Covid-19 di Korsel saat ini memiliki 762.983 infeksi dan jumlah kematian 6.620. Sementara itu, menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea, lebih dari 95 persen orang dewasa telah divaksinasi lengkap dengan sekitar 58 persen telah menerima dosis booster. [JP]