WahanaNews.co.id | Warga Shanghai kembali frustasi dengan lockdown. Harusnya hanya berlangsung 5 hari, sekarang jadi tanpa batas waktu.
China kembali memperpanjang lockdown Kota Shanghai. Lockdown harusnya berakhir dilakukan selama 5 hari di barat kota. Tapi ternyata lockdown malah meluas ke timur kota hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Dilansir detikcom dari Wall Street Journal, Shanghai harusnya membuka lockdown pada hari Selasa (6/4). Namun pemerintah tetap mengunci 25 juta penduduk tanpa ada kepastian.
Alasannya sederhana, Covid varian Omicron tak juga hilang. Yang ada makin menggila dengan angka di atas 10.000 kasus.
Kemarin saja, Shanghai mencatat 13.000 kasus tanpa gejala dengan 268 kasus bergejala. Ini tiga kali lipat dibanding sembilan hari sebelumnya, ketika pengumuman lockdown dua fase.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
"Saat ini, pencegahan dan pengendalian epidemi Shanghai berada pada tahap yang paling sulit dan paling kritis," kata Wu Qianyu, seorang pejabat di komisi kesehatan kota.
"Kita harus mematuhi kebijakan umum 'pembersihan' (kasus Covid-19) tanpa ragu-ragu."
Dibanding negara lainnya, kasus China memang lebih sedikit. Namun strategi "nol Covid-19" yang menggunakan penguncian ketat dikhawatirkan mempengaruhi ekonomi global yang bergantung pada pasokan China.
Penguncian dilakukan China untuk melakukan pengetesan massif ke warga.
Sebelumnya 3 April lalu, 2.000 personil medis sudah direkrut untuk membantu mengatasi Covid-19 di Shanghai.
Parahnya lagi, kebijakan karantina Shanghai semakin ketat. Anak-anak yang terpapar Covid harus dipisahkan dari orang tua. Kebijakan ini dikritik habis-habisan oleh warga.
Tapi Wu tidak mengomentari keributan itu. Dia bersikeras bahwa anak-anak yang dites positif harus dipisahkan.
Penduduk Shanghai mengorganisir petisi online yang menyerukan agar anak-anak tanpa gejala diizinkan untuk diisolasi di rumah. Setidaknya 1.000 orang menandatangani hal itu meski petisi tiba-tiba tak bisa lagi diakses sejak kemarin. [JP]