WahanaNews.co.id | Otoritas Jerman diminta untuk segera memberlakukan embargo energi terhadap Rusia.
Permintaan ini meningkat menjadi tekanan ke pemerintah dari dalam dan luar negeri. Apalagi setelah adanya laporan kekejaman yang dilakukan terhadap warga sipil Ukraina di Bucha.
Baca Juga:
Thomas Muller Resmi Pensiun dari Tim Nasional Jerman Setelah 14 Tahun Berkarier
Dilansir detikcom dari The Guardian, Rabu (6/4/2022), Berlin, pusat pemerintahan Jerman, sejauh ini masih menimbang hal tersebut karena konsekuensinya bagi ekonomi Jerman akan sangat buruk.
Bila larangan impor energi terjadi bisa jadi industri di Jerman harus mengurangi waktu produksi untuk menghemat energi, sementara orang Jerman didesak untuk mengecilkan penghangat ruangan dan mengemudi lebih lambat.
Tekanan soal larangan impor mulai banyak disuarakan oleh negara tetangga Jerman, terutama negara-negara Baltik dan Polandia.
Baca Juga:
Euro 2024: Slovenia vs Serbia Berakhir Imbang 1-1
PM Polania Mateusz Morawiecki pada hari Senin telah menuduh Jerman menghalangi sanksi yang lebih keras terhadap Rusia.
"Siapa pun yang membaca catatan pertemuan Uni Eropa tahu bahwa Jerman adalah hambatan terbesar dalam hal sanksi yang lebih tegas," kata Mateusz.
Seorang juru bicara pemerintah Jerman sendiri mengatakan negaranya memang belum mempertimbangkan embargo energi dalam waktu segera. Meski begitu, juru bicara tersebut menyatakan Jerman masih memiliki tekad untuk menghentikan impor gas dan minyak Rusia.
"Kita akan sekali lagi melihat bagaimana kita bisa lebih cepat, dan dengan menggunakan langkah-langkah lebih lanjut, mengurangi ketergantungan (minyak dan gas Rusia) kita," kata Oliver Krischer, dari Kementerian Ekonomi dan Perlindungan Iklim Jerman.
Oliver Krischer mengatakan upaya-upaya sedang dilakukan Jerman untuk memperkenalkan langkah semi embargo energi Rusia. Misalnya dengan langkah-langkah hemat energi serta transisi ke energi lain, termasuk membeli bahan bakar gas cair.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Christine Lambrecht mengatakan memang sudah waktunya bagi negaranya dan Uni Eropa untuk bersama-sama membahas opsi larangan total terhadap gas Rusia.
"Harus ada tanggapan. Kejahatan semacam itu tidak bisa dibiarkan tanpa jawaban," tegas Christine Lambrecht.
Namun dalam berbagai perdebatan bahkan di dalam koalisi pemerintahan, Menteri Keuangan Christian Lindner justru menolak mentah-mentah embargo impor energi Rusia.
Dia berpendapat memang hubungan ekonomi dengan Rusia harus segera diakhiri. Meski begitu, menghentikan impor energi, utamanya gas ke Jerman malah akan membuat negaranya hancur karena tak akan bisa langsung menemukan pengganti dari gas.
"Betul kita sedang menghadapi perang kriminal. Jelas kita harus mengakhiri secepat mungkin semua hubungan ekonomi dengan Rusia. Sanksi tegas harus kita rencanakan, tapi gas tidak bisa diganti dalam jangka pendek," ujar Lindner sebelum berbicara dengan rekan-rekan Uni Eropa-nya di Brussel.
"Kami akan menimbulkan lebih banyak kerusakan pada diri kami sendiri daripada pada mereka," tegasnya.
Sementara itu, dalam jajak pendapat yang dilakukan menunjukkan mayoritas orang Jerman mendukung penghentian impor gas dari Rusia, setidaknya ada 55-77% rakyat Jerman menyetujui hal itu.
Mayoritas rakyat Jerman mengatakan mereka juga mendukung untuk sementara meningkatkan umur pembangkit listrik tenaga batu bara dan meneruskan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir yang sempat dihentikan secara bertahap setelah bencana nuklir Fukushima di Jepang pada 2011.
Secara keseluruhan, negara-negara Eropa memang mendapatkan sekitar 40% pasokan gasnya dari Rusia. Tetapi di Jerman, angkanya mencapai 55% kebutuhan, yang artinya lebih dari setengah kebutuhan gas Jerman didapatkan dari Rusia. [JP]