WahanaNews.co.id | Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menuduh negara-negara Barat hanya membuat krisis Rusia-Ukraina menjadi 'lebih buruk'. Erdogan mengecam sikap Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dalam menangani krisis tersebut.
Seperti dilansir detikcom dari AFP, Jumat (4/2/2022), tuduhan Erdogan itu disampaikan dalam perjalanan pulang dari kunjungan ke Kiev, Ukraina, pada Kamis (3/2) waktu setempat dan dipublikasikan oleh media lokal pada Jumat (4/2) waktu setempat.
Baca Juga:
Polishchuk: Pembicaraan Damai Rusia-Ukraina Akan Dilakukan Secara Langsung
Erdogan melontarkan komentar itu saat dirinya berupaya mengatur pertemuan antara Rusia dan Ukraina demi meredakan kekhawatiran soal Presiden Vladimir Putin yang dicurigai bersiap menginvasi Ukraina.
Diketahui bahwa Erdogan berusaha menempatkan Turki, yang merupakan anggota aliansi NATO, sebagai mediator netral yang dekat dengan Rusia dan Ukraina.
Dalam wawancara dengan wartawan Turki di dalam pesawat, Erdogan melontarkan beberapa kritikan terkuatnya untuk posisi Eropa dan AS dalam krisis tersebut.
Baca Juga:
Di Awal Tahun 2023, Rusia Terus Bombardir Ukraina
"Sangat disayangkan, Barat hingga kini tidak memberikan kontribusi apapun untuk menyelesaikan masalah ini. Bisa saya katakan bahwa mereka hanya memperburuk situasi," cetus Erdogan.
Disebutkan juga oleh Erdogan bahwa Biden 'belum mampu menunjukkan pendekatan positif'.
Erdogan justru memuji mantan Kanselir Jerman, Angela Merkel, untuk pendekatannya ke Ukraina. Menurut Erdogan, Eropa mengalami 'masalah serius di tingkat kepemimpinan' setelah Merkel mengakhiri masa jabatannya.
Setelah bertemu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, Erdogan menegaskan kembali tawarannya agar Turki menjadi tuan rumah bagi pertemuan membahas Rusia-Ukraina.
Dia juga menyebut bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah 'merespons secara positif' gagasannya dan bahwa tanggal kunjungan Putin ke Turki akan ditetapkan segera.
Dalam komentarnya, Erdogan juga mengkritik peliputan media internasional soal krisis Rusia-Ukraina, yang dinilainya terlalu bergantung pada penilaian intelijen AS yang ditolak Rusia dan diterima secara hati-hati oleh Ukraina.
"Saya meyakini eskalasi media internasional soal masalah antara Ukraina dan Rusia telah memicu lebih banyak kerusakan daripada kebaikan," sebutnya. [JP]