WahanaNews.co.id | Ilmuwan top Amerika Serikat, Anthony Fauci, mengatakan bahwa indikasi awal menunjukkan varian baru virus Corona, Omicron tidak lebih parah daripada varian sebelumnya, dan mungkin lebih ringan.
Meski begitu, Fauci mengatakan bahwa akan memakan waktu berminggu-minggu untuk menilai tingkat keparahan varian Omicron.
Baca Juga:
Kerap Disangka Flu Ringan, Ini Tanda-tanda Omicron BA.4-BA.5
Melansir detikcom, kepala penasihat medis Presiden Joe Biden tersebut mengatakan bahwa varian baru tersebut "jelas sangat menular," sangat mungkin lebih menular dari Delta, strain global yang dominan saat ini.
Dikatakannya, dengan mengumpulkan data epidemiologi dari seluruh dunia juga menunjukkan infeksi ulang lebih tinggi dengan Omicron.
Fauci, yang sejak lama menjabat Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID), mengatakan percobaan laboratorium yang menguji potensi antibodi dari vaksin saat ini terhadap Omicron harus dilakukan dalam "beberapa hari ke depan hingga seminggu."
Baca Juga:
Presiden Jokowi Minta Waspadai Kasus Omicron B1.4 dan BA.5 di Indonesia
Soal tingkat keparahan, "hampir pasti tidak lebih parah daripada Delta," kata Fauci.
"Ada beberapa anggapan bahwa itu bahkan mungkin kurang parah, karena ketika Anda melihat beberapa kelompok yang diamati di Afrika Selatan, rasio antara jumlah infeksi dan jumlah rawat inap tampaknya lebih sedikit dibandingkan dengan Delta," ujar Fauci.
Namun, dia menambahkan penting untuk tidak menginterpretasikan data ini secara berlebihan karena populasi yang diamati tersebut cenderung muda, dan kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit.
"Saya pikir itu akan memakan waktu beberapa minggu lagi setidaknya di Afrika Selatan," imbuhnya mengenai varian Omicron yang pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan pada November.
"Ketika kita mendapatkan lebih banyak infeksi di seluruh dunia, mungkin perlu waktu lebih lama untuk melihat tingkat keparahannya," katanya.
Fauci mengatakan virus yang lebih menular yang tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah dan tidak menyebabkan lonjakan rawat inap dan kematian adalah "skenario kasus terbaik."
"Skenario kasus terburuk adalah tidak hanya sangat menular, tetapi juga menyebabkan penyakit parah dan kemudian Anda memiliki gelombang infeksi lain yang belum tentu reda oleh vaksin atau oleh infeksi sebelumnya dari orang-orang," tambahnya.
"Saya tidak berpikir bahwa skenario terburuk akan terjadi, tetapi Anda tidak pernah tahu," tandasnya. (JP)