WahanaNews.co.id | Kementerian Pertahanan Rusia telah memberikan ultimatum kepada pimpinan Kota Mariupol di Ukraina yang terkepung agar menyerah sebelum fajar pada hari Senin waktu setempat. Namun, pihak Ukraina menolak ultimatum itu.
Dilansir detikcom dari CNN, Senin (21/3/2022), media pemerintah Rusia menyebut Kementerian Pertahanan Rusia meminta otoritas lokal Mariupol untuk menyerahkan kota itu kepada pasukan Rusia pada pukul 05.00 pagi waktu Moskow atau pukul 04.00 pagi di Mariupol.
Baca Juga:
Eks Marinir RI Raup Ratusan Juta di Militer Rusia, Pakar: Ini Bahayakan Keamanan Negara
Ukraina diketahui menolak tenggat waktu itu. Dalam sebuah wawancara pada Minggu malam, Wakil Perdana Menteri Ukraina Irina Vereshchuk menolak persyaratan Rusia yang dituangkan dalam dokumen delapan halaman.
"Tidak ada diskusi tentang penyerahan atau peletakan senjata," katanya.
"Kami telah memberi tahu pihak Rusia tentang hal itu. Saya menulis: 'Daripada membuang waktu anda untuk menulis surat setebal 8 halaman buka koridornya'.
Baca Juga:
Perundingan Damai Rusia-Ukraina di Turki, Putin Dipastikan Absen
Kami telah memberi tahu PBB dan ICRC dan sedang menunggu tanggapan dari masyarakat internasional. Ini adalah manipulasi sadar dan penyanderaan yang sebenarnya."
Di halaman Facebook-nya, dewan kota Mariupol juga menolak tuntutan Rusia dengan mengatakan 'Mereka memberi waktu sampai pagi untuk merumuskan tanggapan. Tapi kenapa harus menunggu lama?'. Postingan itu disertai sebuah sumpah serapah.
Kementerian Pertahanan Rusia mengusulkan 'kepada pihak-pihak yang bertikai untuk menyatakan gencatan senjata dan menjamin ketaatan yang ketat dari 09.30 waktu Moskow'. Langkah itu disebut sebagai awal untuk membuka koridor evakuasi ke kota setengah jam kemudian.
"Semua yang meletakkan senjata mereka dijamin aman keluar dari Mariupol," tulis media pemerintah Rusia, RIA Novosti, yang mengutip kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional, Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev.
Rusia juga menyalahkan 'bandit' Ukraina. Mizintsev mengatakan pihaknya kami memohon kepada bandit najis yang bertanggung jawab atas ratusan nyawa orang yang tidak bersalah.
"Kami memohon kepada bandit najis, yang bertanggung jawab atas ratusan nyawa orang yang tidak bersalah, dan sekarang menyebut diri mereka perwakilan dari otoritas lokal resmi, dari kota unik Mariupol ini," ucapnya.
"Anda lah yang sekarang memiliki hak atas pilihan bersejarah - baik Anda bersama rakyat Anda, atau Anda bersama bandit, jika tidak pengadilan militer yang menanti Anda hanyalah hal kecil yang sudah pantas Anda dapatkan karena sikap tercela terhadap Anda. warga negara Anda sendiri, serta kejahatan dan provokasi mengerikan yang telah Anda atur," kata Mizintsev.
Mariupol sendiri telah dikepung selama beberapa minggu. Beberapa serangan terburuk sejak Rusia memulai invasi ke Ukraina pada Februari lalu juga telah terjadi di kota ini.
Serangan itu termasuk serangan mematikan di bangsal bersalin, pemboman teater dan sekolah seni, kerugian yang masih belum diketahui karena operasi penyelamatan berlanjut.
Presiden Ukraina Volodymr Zelensky mengatakan pada hari Minggu apa yang telah dilakukan pasukan Rusia terhadap Mariupol adalah 'aksi teror yang akan diingat selama berabad-abad'. [JP]