WahanaNews.co.id | Kelompok pemberontak pro-Rusia menyebut sedikitnya dua warga sipil di Ukraina bagian timur tewas dalam gempuran yang dilancarkan pasukan pemerintah Ukraina. Gempuran ini terjadi di tengah kekhawatiran invasi Rusia ke wilayah Ukraina.
Seperti dilansir detikcom dari Reuters, Senin (21/2/2022), pernyataan itu dilaporkan oleh kantor berita RIA yang mengutip perwakilan Republik Rakyat Luhansk yang telah memproklamasikan diri dan memisahkan diri dari Ukraina.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Disebutkan perwakilan Republik Rakyat Luhansk bahwa gempuran dilancarkan pasukan Ukraina pada Minggu (20/2) tengah malam waktu setempat.
Selama delapan tahun terakhir, pasukan pemerintah Ukraina masih terlibat pertempuran dengan pemberontak pro-Rusia di wilayah timur negaranya.
Beberapa hari terakhir, kedua pihak saling tuding melanggar kesepakatan gencatan senjata dan terlibat penggunaan senjata berat seperti mortir dan artileri.
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
Rusia yang mengerahkan lebih dari 100.000 tentara ke dekat perbatasan Ukraina, menyatakan kekhawatiran soal peningkatan konflik di Ukraina bagian timur.
Sebelumnya, gempuran di wilayah Ukraina bagian timur yang rawan konflik semakin meningkat. Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya menilai eskalasi semacam ini bisa menjadi bagian dari dalih Rusia untuk membenarkan invasi ke Ukraina.
Baik pasukan Ukraina maupun pemberontak pro-Rusia sama-sama melaporkan bahwa gempuran meningkat secara drastis sejak pekan lalu.
Pada Kamis (17/2) lalu, misi pemantau OSCE, yang biasanya mencatat puluhan pelanggaran gencatan senjata dalam sehari di wilayah itu, melaporkan hampir 600 pelanggaran, termasuk lebih dari 300 ledakan, yang terpantau di wilayah tersebut hanya dalam 24 jam.
Pada akhir pekan, para pemimpin wilayah pemberontak pro-Rusia di Ukraina bagian timur mulai mengevakuasi warga sipil ke Rusia karena mengkhawatirkan konflik skala besar. Salah satunya pemimpin Republik Rakyat Luhansk, Leonid Pasechnik, yang mendesak warga untuk mengungsi 'untuk mencegah korban sipil'.
"Saya meminta penduduk republik ini untuk pergi ke Federasi Rusia sesegera mungkin," kata Pasechnik dalam sebuah pernyataan.
Secara terpisah, pemimpin Republik Rakyat Donetsk (DPR), yang juga memproklamasikan diri dan memisahkan diri dari Ukraina, Denis Pushilin, menuduh pemerintah Ukraina merencanakan serangan yang akan segera terjadi di wilayah-wilayah pro-Rusia yang memisahkan diri dari Ukraina.
"Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam waktu dekat akan memerintahkan tentaranya untuk melakukan serangan," kata Pushilin. [JP]