WahanaNews.co.id | Tim dari Juara Turtle Project (JTP) di Tioman, Malaysia, menggali telur-telur tukik yang terkubur pasir di pantai. Ternyata mereka menemukan dua penyu di dalam satu telur atau disebut sebagai penyu kembar.
Penemuan yang diunggah di akun Facebook JTP menjelaskan kejadian langka bayi penyu kembar di dalam satu telur. Namun, menurut mereka, kedua penyu ini tidak berhasil keluar dari telur, sehingga hanya menjadi temuan akademis yang menarik.
Baca Juga:
Polda Babel Bersama BKSDA Sumsel Lepasliarkan 400 Tukik Penyu Hijau
Si kembar ini berasal dari spesies penyu hijau (Chelonia mydas), hanya satu dari beberapa spesies penyu yang kerap menyambangi Pulau Tioman di Malaysia untuk bertelur di pantai.
Pulau tersebut menjadi awal kehidupan penyu berkat bantuan JTP yang telah mendukung populasi penyu global dengan melindungi, mempelajari, dan menyediakan tempat bagi penyu.
JTP juga bekerja sama dengan para pengumpul telur dan membayar mereka untuk mendukung menjaga populasi penyu. Program ini menguntungkan dua belah pihak, baik masyarakat maupun kelangsungan hidup penyu.
Baca Juga:
Diduga Ditikam dan Disayat, Polisi Selidiki Matinya Puluhan Penyu di Jepang
Setelah penyu bertelur, JTP akan mengeluarkan penyu dari sarang dan membawa mereka ke tempat yang lebih aman sehingga tukik bisa berkembang, bebas dari ancaman alam dan manusia. Begitu telur menetas, tim akan mendata sebelum akhirnya dilepasliarkan ke laut.
Setelah beberapa hari, mereka akan kembali menggali sarang mencari penyu yang mungkin tertinggal dan embrio mati untuk mendapatkan informasi.
Dalam penggalian kali ini, tim menemukan dua tukik di dalam satu telur, sesuatu yang jarang terjadi namun telah dilaporkan di seluruh dunia.
“Ada dua perbedaan umum dalam kasus penyu kembar,” kata JTP kepada IFLScience. “Tukik bisa menjadi kembar yang sepenuhnya terpisah atau kembar siam.
Penemuan baru-baru ini di JTP adalah kasus kembar penyu hijau yang terpisah dengan ukuran yang sama, berbagi kantung kuning telur yang sama.
Si kembar termasuk di antara 5 telur yang belum menetas dari 105 telur yang dipindahkan ke tempat penetasan kami.”
Sayang, dalam kasus ini, penyu kembar yang baru menetas tidak mampu bertahan hidup. Ini mungkin disebabkan kedua penyu itu bersaing untuk mendapatkan makanan di dalam telur.
Meski begitu, kembar penyu tersebut telah mencapai tahap akhir perkembangan. Bagaimanapun, dua penyu yang muncul hidup-hidup dari satu telur tidak pernah terjadi sebelumnya.
“JTP telah mencatat beberapa kasus albinisme dan leucisme pada tukik selama bertahun-tahun -keduanya melibatkan faktor genetik yang memainkan peran kunci mengakibatkan anomali pigmentasi,” kata JTP.
“Selain itu, kami juga memiliki kasus kembar siam di mana tukik dengan dua kepala berbagi tubuh yang sama dengan sepasang sirip depan dan belakang.”
Di seluruh dunia, saat ini penyu berada di bawah ancaman perdagangan ilegal, tangkapan lain para nelayan, kehilangan tempat bertelur, polusi laut, dan perubahan iklim. Namun ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka.
Salah satunya adalah membuat perubahan kecil dan berkelanjutan pada konsumsi dan perilaku memakai plastik, menjaga lingkungan penyu bebas dari sampah, dan membiarkan mereka hidup di habitatnya. [gab]