WahanaNews.co.id | Pihak kepolisian Israel menghancurkan sebuah rumah milk keluarga Palestina, Salhiya di wilayah Yerusalem Timur. Tak hanya itu, setidaknya 18 orang juga ditangkap lantaran melawan ketika pengusiran dilakukan di lokasi tersebut.
Seperti dilansir detikcom dari AFP, Jumat (21/1/2022), penggusuran ini terjadi pada keluarga-keluarga Palestina di wilayah Sheikh Jarrah. Penggusuran ini juga yang sempat memicu perang di daerah itu selama 11 hari.
Baca Juga:
Jokowi: Indonesia-Turki akan Terus Kerja Sama Bantu Palestina
Sebelum fajar, petugas Israel pergi ke rumah keluarga Salhiya. Mereka mengatakan memerlukan tanah itu untuk membangun sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Wakil Wali Kota Yerusalem Fleur Hassan-Nahoum mengatakan perselisihan seputar rumah Salhiya "sama sekali berbeda" dari peristiwa di bulan Mei. Dia menyebut kali ini berbeda dengan kondisi saat orang-orang Palestina mengambil risiko dipaksa untuk menyerahkan sebidang tanah kepada pemukim Yahudi.
Polisi Israel mengatakan mereka telah menyelesaikan eksekusi perintah penggusuran gedung-gedung ilegal yang dibangun di atas lahan yang diperuntukkan bagi sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Baca Juga:
Jokowi Tegaskan Posisi Indonesia dan Yordania Sama Soal Palestina
"Anggota keluarga yang tinggal di bangunan ilegal diberi kesempatan yang tak terhitung jumlahnya untuk menyerahkan tanah dengan persetujuan," kata pernyataan polisi.
Pada akhirnya, sebuah buldoser pun tetap menyapu puing-puing beberapa jam setelah rumah itu dihancurkan.
Sementara itu, seorang juru bicara polisi mengatakan kepada AFP bahwa 18 anggota keluarga dan pendukung ditangkap. Mereka dinilai melanggar perintah pengadilan terkait tanah tersebut.
"Melanggar perintah pengadilan, benteng kekerasan dan mengganggu ketertiban umum," ucap juru bicara tersebut.
Meski begitu tidak ada bentrokan terjadi selama penggusuran. Pihak keluarga Salhiya sempat memberikan perlawanan saat itu.
Mereka sempat naik ke atap gedung sambil membawa tabung gas dan mengancam akan membakar isi dan diri mereka sendiri jika mereka dipaksa keluar dari rumah mereka. Polisi Israel pun akhirnya memilik untuk mundur.
Meski begitu, mereka tetap kembali pada Rabu pagi waktu setempat di tengah hujan lebat di Yerusalem. Pengacara keluarga Salhiya Walid Abu-Tayeh mengatakan kepada AFP bahwa polisi telah menangkap 20 orang selama operasi, enam di antaranya warga Israel, dengan yang terakhir dibebaskan, menambahkan bahwa "tahanan Arab diserang." [JP]