WahanaNews.co.id | Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Michael Ryan menekankan pandemi Covid-19 dan endemi hanya sebatas pengubahan status. Artinya, risiko penularan dan kematian karena virus SARS-CoV-2 masih mengintai.
Ia meminta masyarakat untuk tidak memaknai endemi menjadi akhir dari wabah Covid-19.
Baca Juga:
Cegah Kanker Serviks, Kemenkes Ajak Perempuan Segera Vaksinasi HPV
"Saya pikir kita perlu berhati-hati dengan kata-kata di sini, dalam hal kata endemi. Ya endemi berarti tingkat penularan virus rendah, biasanya peningkatan kasusnya bersifat musiman," terang Ryan dalam konferensi pers di Ukraina, dilansir detikcom Senin (21/3/2022).
"Itu sangat klasik untuk banyak penyakit menular, tetapi ingat! Endemi HIV dan endemi tuberkulosis, juga endemi malaria membunuh jutaan orang di dunia ini setiap tahun," sambungnya.
Endemi ditegaskan Ryan tak mengubah tantangan dunia terhadap Covid-19. Bahkan, perlu kontrol ketat secara berkelanjutan pada perkembangan virus di negara masing-masing.
Baca Juga:
Menkes Budi Izinkan Dokter Umum Operasi Caesar di Daerah Terpencil
"Jadi tolong jangan samakan endemi dengan sama baiknya. Penyakit endemi memerlukan program pengendalian yang kuat untuk mengurangi infeksi, penderitaan, hingga kematian," tutur Ryan.
"Jadi statusnya dari pandemi menjadi endemi, hanya mengubah label."
Ryan menyebut perlu adanya strategi perlindungan berkelanjutan terkait Covid-19, khususnya mereka yang masuk dalam kelompok rentan. Hal ini demi menekan risiko infeksi yang bisa dicegah.
Awal tahun ini, Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO tersebut mengatakan status Covid-19 mungkin berubah menjadi endemi di 2022.
"Ya, kami memiliki kesempatan untuk mengakhiri darurat kesehatan masyarakat tahun ini," yakinnya. [JP]