Berbagai ukuran, termasuk jam epigenetik (label kimia yang menunjukkan usia) dan transkriptom (pembacaan gen yang dihasilkan oleh sel), digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa sel-sel kulit memang telah 'diatur ulang' dalam usia biologis tiga dekade.
Produksi kolagen adalah fungsi utama sel-sel kulit, dan sel-sel muda yang diamati masih memompa bahan-bahan tersebut keluar. Faktanya, mereka memproduksi lebih banyak kolagen daripada sel-sel kulit yang tidak mengalami proses 'pemrograman ulang', dan menunjukkan tanda-tanda mampu menyembuhkan luka lebih cepat.
Baca Juga:
Penemuan Baru: Kemungkinan Kehidupan Alien di Kutub Utara Merkurius
"Kami telah membuktikan bahwa sel dapat diremajakan tanpa kehilangan fungsinya dan peremajaan terlihat mengembalikan beberapa fungsi ke sel lama," kata Gill.
"Fakta bahwa kami juga melihat kebalikan dari indikator penuaan pada gen yang terkait dengan penyakit sangat menjanjikan untuk masa depan penelitian ini," sambungnya.
Sampai saat ini, para ilmuwan belum sepenuhnya memahami bagaimana mekanisme di balik maturation phase transient reprogramming transien bekerja, tetapi mereka berpikir bahwa bagian-bagian penting tertentu dari genom, yang membantu mengontrol identitas sel, mungkin dapat lolos dari pemrograman ulang.
Baca Juga:
Ilmuwan: Februari 2024 Tercatat Sebagai Bulan Terpanas
Ada sejumlah besar masalah kesehatan terkait usia yang harus diatasi seiring bertambahnya usia, mulai dari penyakit jantung hingga Alzheimer.
Selanjutnya di masa depan, penelitian yang diuraikan di sini dapat berguna dalam menemukan cara untuk mengatasi perkembangan masalah ini.
Salah satu langkah selanjutnya adalah mencoba dan menerapkan teknik yang digunakan di sini ke jenis sel lain di dalam tubuh, dan memastikan prosesnya benar-benar aman sebelum masuk ke uji klinis.