"Aksi provokatif Beijing meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan, Laut Cina Timur dan Selatan," kata Blinken, sembari menyebut program peluru kendali Korea Utara sebagai "ancaman aktual" terhadap keamanan regional.
Seusai pertemuan, kedua pihak menerbitkan surat pernyataan bersama yang menentang "upaya Cina melangkahi tatanan hukum global," untuk melancarkan klaim teritorial di perairan Asia Pasifik.
Baca Juga:
Donald Trump Tunjuk Elon Musk Pimpin Departemen Efisiensi Pemerintah di Kabinetnya
AS dan Jepang juga mengungkapkan "kekhawatiran serius" terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia di Xinjiang, Hong Kong, serta menyerukan "perdamaian dan stabilitas" di Selat Taiwan.
Menanggapi pernyataan tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin, mengungkapkan reaksi Beijing digerakkan oleh "kekecewaan besar dan sikap oposisi terhadap tindakan AS, Jepang dan Australia, mencampuri urusan dalam negeri Cina."
"AS, Jepang dan Australia berbicara tentang kemerdekaan, keterbukaan dan toleransi, padahal faktanya mereka bersekongkol membentuk grup kecil, dan membidik negara lain, demi unjuk kekuatan, dan melakukan intimidasi militer," katanya, Jumat (7/1).
Baca Juga:
Donald Trump Mulai Umumkan Nominasi Anggota Kabinet, Ini Daftarnya
Kamis (6/1), Jepang dan Australia menandatangani perjanjian "tengaran" untuk memperkuat kerjasama pertahanan. Bulan lalu, Perdana Menteri Fumio Kishida mengumumkan rekor anggaran pertahanan baru sebesar USD 47.2 milyar atau hampir Rp 700 triliun. Kenaikan itu merupakan yang kesepuluh dalam satu dasawarsa terakhir. [JP]