WahanaNews.co.id | Korea Utara (Korut) menembakkan rudal balistik ke arah laut di lepas pantai timurnya. Aksi ini dilakukan seminggu setelah Korut berjanji mengembangkan kekuatan nuklirnya 'dengan kecepatan secepat mungkin'.
Dilansir detikcom dari Reuters, Rabu (4/5/2022), peluncuran tersebut merupakan uji coba senjata ke-14 yang dilakukan Korut tahun ini. Uji coba ini dilakukan beberapa hari sebelum Presiden Korea Selatan (Korsel) yang baru terpilih Yoon Suk-yeol mulai menjabat pada 10 Mei.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan pihaknya mendeteksi peluncuran sekitar tengah hari di daerah Sunan di Pyongyang yang merupakan lokasi salah satu bandara internasional. Lokasi itu merupakan tempat yang digunakan Korut menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-17 pada 24 Maret lalu.
JCS mengatakan Rudal yang diuji coba pada Rabu (4/5) ini terbang sekitar 470 km dengan ketinggian maksimum 780 km.
"Serangkaian peluncuran rudal balistik Korea Utara baru-baru ini menimbulkan ancaman besar bagi perdamaian dan stabilitas tidak hanya semenanjung Korea tetapi juga masyarakat internasional," kata JCS dalam sebuah pernyataan sembari mendesak Korut untuk segera menghentikan tindakan tersebut.
Baca Juga:
Krisis Kelahiran di Korut: Pemerintah Penjarakan Dokter Aborsi dan Sita Alat Kontrasepsi
Penjaga Pantai Jepang juga melaporkan dugaan peluncuran rudal balistik oleh Korea Utara. Wakil Menteri Pertahanan Makoto Oniki menyebut jangkauan rudal itu mencapai 500 km dengan ketinggian maksimum 800 km. Dia mengatakan Kementerian Pertahanan Jepang masih menganalisis data untuk menentukan jenis rudal apa yang diluncurkan Korut hari ini.
"Tindakan Korea Utara baru-baru ini, termasuk peluncuran rudal yang sering, tidak dapat ditoleransi, karena menimbulkan ancaman bagi keamanan dan keselamatan kawasan dan masyarakat internasional," kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida seraya menambahkan negaranya telah melakukan protes terhadap Korea Utara.
Pekan lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjanji untuk mempercepat pengembangan persenjataan nuklir negaranya sambil mengawasi parade militer besar-besaran saat pembicaraan denuklirisasi dengan Amerika Serikat tetap terhenti.