WahanaNews.co.id | Kremlin yang bentengnya dihiasi lapisan timah putih, berdiri megah di tepi sungai Moskva.
Tepat di seberangnya, dibatasi Lapangan Merah yang terkenal, dan ada Katedral St. Basil dengan kubah keemasannya yang ikonis.
Baca Juga:
Sarat Pro dan Kontra, NATO Tak Sepakat Kirim Tank ke Ukraina
Ansambel bangunan ini, tidak sekadar menunjukkan citra megah. Namun, di sinilah juga sejak beberapa abad silam, diputuskan politik Rusia.
Kremlin adalah titik kristalisasi sejarah sekaligus pusat kekuasaan Rusia. Dari mulai "Ivan the Terrible" yang merupakan Tsar pertama, Stalin, hingga sekarang Presiden Vladimir Putin, semua penguasa puncak ini memerintah dari Kremlin.
"Kremlin adalah perwujudan dari Rusia," ujar sejarawan Inggris, Catherine Merridale. "Itu simbol kekuasaan negara."
Baca Juga:
Kronologi Ukraina Bombardir Rusia hingga 400 Tentara Tewas dan 300 Lainnya Diklaim Luka-Luka
Ketika Presiden Rusia Vladimir Putin menerima para tamunya, menjelang perang di Ukraina, dunia menyaksikan sebuah pertunjukan spektakuler.
Presiden Prancis Emanuel Macron atau Kanselir Jerman Olaf Scholz duduk bersama Putin di sebuah meja berbentuk oval yang sangat besar. Masing-masing pemimpin duduk di ujung meja yang jaraknya sangat jauh.
Sebuah demonstrasi kekuasaan? Atau sebuah tindak pengamanan dari penularan infeksi Covid-19? Kremlin menjaga jarak dengan para tamunya.