WahanaNews.co.id | Upaya Turki yang memposisikan diri sebagai penengah antara Rusia dan Ukraina tampaknya membuahkan hasil.
Presiden Rusia Vladimir Putin, pekan ini, menghubungi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk membeberkan tuntutan Rusia sebenarnya agar perjanjian damai bisa tercapai dengan Ukraina.
Baca Juga:
Aksi Teror Maut di Moskow Tewaskan 40 Orang
Seperti dilansir detikcom dari BBC, Jumat (18/3/2022), percakapan telepon antara Putin dan Erdogan itu dilakukan pada Kamis (17/3) waktu setempat. Setengah jam sebelum percakapan telepon berakhir, penasihat terkemuka dan juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, mengungkapkan apa saja yang menjadi tuntutan Putin dan Rusia.
Disebutkan Kalin bahwa tuntutan Rusia terbagi ke dalam dua kategori. Kategori pertama terdiri atas empat tuntutan, yang menurut Kalin, tidak terlalu sulit untuk dipenuhi oleh Ukraina.
Yang terutama adalah penerimaan oleh Ukraina bahwa negara itu haruslah netral dan tidak bergabung aliansi NATO. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengakui hal ini.
Baca Juga:
Unggul 87,32 Persen Suara, Vladimir Putin Jadi Pemimpin Terlama di Rusia Setelah Joseph Stalin
Tuntutan lain dalam kategori pertama, disebut Kalin, menjadi semacam elemen penyelamat bagi Rusia. Salah satu tuntutan akan mengharuskan Ukraina untuk menjalani proses pelucutan senjata demi memastikan negara itu bukan ancaman bagi Rusia.
Tuntutan lainnya melibatkan perlindungan bagi bahasa Rusia di Ukraina dan langkah yang disebut Rusia sebagai 'de-Nazifikasi'.
Hal itu dinilai sangat menyinggung Zelensky, yang penganut Yahudi dan beberapa kerabatnya tewas dalam Holocaust. Namun pihak Turki meyakini tuntutan itu akan cukup mudah diterima oleh Zelensky.
Mungkin akan cukup bagi Ukraina untuk mengecam seluruh bentuk neo-Nazi dan berjanji akan menindak tegas mereka.
Kategori kedua, sebut Kalin, akan sulit diterima oleh Ukraina. Dalam percakapan telepon dengan Erdogan, Putin mengatakan bahwa diperlukan negosiasi empat mata antara dirinya dan Zelensky sebelum kesepakatan bisa tercapai untuk poin-poin ini.
Zelensky sebelumnya menyatakan siap untuk bertemu langsung dengan Putin dan berunding empat mata dengannya.
Kalin tidak menjelaskan secara spesifik soal poin-poin ini, melainkan hanya mengatakan bahwa tuntutan dalam kategori kedua mencakup status Donbas, wilayah yang dikuasai separatis pro-Rusia di Ukraina bagian timur dan memisahkan diri dari Ukraina, serta menekankan sifat Rusia mereka.
Kemudian juga mencakup status Crimea, yang dicaplok Rusia dari Ukraina tahun 2014 lalu.
Meskipun Kalin tidak menjelaskan secara detail, diasumsikan bahwa Rusia akan menuntut pemerintah Ukraina menyerahkan wilayah di Ukraina bagian timur. Itu jelas akan kontroversial. Asumsi lainnya adalah Rusia akan menuntut Ukraina menerima secara resmi Crimea sebagai bagian dari Rusia. Ini juga pahit bagi Ukraina.
Kendati demikian, tuntutan yang diajukan Putin untuk Ukraina dinilai Kalin tidak semenakutkan yang dikhawatirkan dan tampak tidak sebanding dengan kekerasan dan pertumpahan darah serta kehancuran yang disebabkan Rusia di Ukraina.
Terlepas dari itu, perjanjian damai bisa memakan waktu lama untuk diselesaikan, bahkan jika gencatan senjata mampu menghentikan pertumpahan darah untuk sementara waktu. [JP]