WahanaNews.co.id, Jakarta Indonesia membutuhkan banyak sumbangan pemikiran, termasuk dari akademisi seperti Guru Besar. Dan usia seharusnya tidak menjadi penghalang.
Usia tua, sebuah tahap kehidupan yang sering kali dianggap sebagai masa tenang dan pensiun, sebenarnya tetap memiliki peran penting yang dapat memberikan kontribusi yang berharga terhadap kemajuan ilmu, bangsa, dan negara.
Baca Juga:
Kasus Magang Palsu Jerman, Guru Besar di Jambi Dapat Cuan Rp48 Juta
Dalam dinamika masyarakat yang terus berkembang, peran panjangnya pengalaman menjadi semakin penting dan relevan dalam berbagai aspek kehidupan saat ini.
"Salah satu bentuk peran tersebut termanifestasi dalam keberadaan guru besar, individu yang mewakili capaian penting dalam bidangnya dan memiliki potensi untuk memberikan dampak yang besar terhadap masa depan," kata Ketua Umum PERGUBI (Persatuan Guru Besar Indonesia) Prof. Dr. Ir. Gimbal Doloksaribu.
Guru besar, lanjutnya, merupakan puncak dari prestasi akademik, tidak hanya sekedar mencapai pengakuan atas kontribusi ilmiah, tetapi juga menjadi penjaga api penyuluh pengetahuan, etika, logika, kreativitas, dan ketaqwaan.
Baca Juga:
Prof. Erlina Burhan: 385 Pasien TB Meninggal Setiap Hari di Indonesia
Keahlian dan pengalaman guru besar yang telah mengalami beragam dinamika ilmiah, turut berperan dalam membentuk landasan pengetahuan yang kokoh dan mendalam pembinaan karakter generasi muda.
"Dengan demikian, usia bukanlah batasan, melainkan medan subur untuk menggali lebih dalam, meneliti lebih lanjut, dan merumuskan teori-teori baru yang dapat membuka jalan menuju penemuan berharga," tambah Ketua Bidang Sains dan Teknologi PERGUBI, Prof. Dr. Hoga Saragih.
Prof. Hoga menjelaskan bila peran guru besar tak terbatas pada kelas dan penelitian semata. Pengajaran yang diadakan oleh guru besar menjadi jembatan penghubung antara generasi tua dan generasi muda.