WahanaNews.co.id | Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam pengakuan Rusia atas kemerdekaan dua wilayah Ukraina yang memisahkan diri sebagai hal yang "tidak dapat diterima".
"Kami menganggap keputusan itu tidak dapat diterima," kata Erdogan seperti diberitakan kantor berita Turki, Anadolu dan dilansir AFP, Selasa (22/2/2022)., yang saat ini berada di Senegal.
Baca Juga:
Turki Bekuk 34 Mata-mata Israel yang Incar Warga Palestina
"Kami mengajak pihak-pihak terkait untuk bertindak dengan akal sehat dan mematuhi hukum internasional," imbuh pemimpin Turki itu.
Ketegangan antara Rusia-Ukraina meningkat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pengerahan tentara ke dua wilayah pecahan di Ukraina bagian timur yang memproklamasikan diri. Perintah pengerahan diberikan setelah Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina itu.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (22/2/2022), keputusan Putin untuk mengakui dua wilayah yang memisahkan diri itu yakni Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk, berpotensi semakin meningkatkan krisis yang dikhawatirkan memicu perang besar di Eropa.
Baca Juga:
Erdogan Rencanakan Pembicaraan dengan Putin untuk Pulihkan Perjanjian Laut Hitam
Seorang saksi mata Reuters menyaksikan tank-tank dan peralatan militer lainnya bergerak melalui kota Donetsk, yang ada di Ukraina bagian timur, setelah Putin menerbitkan dekrit yang isinya mengakui kemerdekaan dua wilayah pecahan itu.
Erdogan, yang memiliki hubungan yang baik dengan Rusia dan Ukraina, telah berusaha untuk menjadi tuan rumah bagi para pemimpin kedua negara itu untuk menghadiri pertemuan puncak tiga arah di Turki untuk meredakan ketegangan.
Erdogan berkunjung ke Ukraina awal bulan ini untuk pembicaraan dengan Presiden Volodymyr Zelensky, yang menurutnya tertarik untuk menghadiri pertemuan puncak yang diselenggarakan Turki.
Erdogan pun mengharapkan tanggapan senada dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Dan jika Mr. Putin juga melihat ini secara positif, kita bisa, Insya Allah, berkumpul di Istanbul atau Ankara," kata Erdogan pekan lalu.
Terlepas dari ketidaksepakatan politik dengan Rusia, Turki telah menikmati hubungan perdagangan dan pertahanan yang meningkat dengan Moskow, dengan Ankara membeli sistem rudal S-400 dari Rusia, yang menuai kritikan dari Barat.
Sementara itu, Turki, anggota NATO sejak 1952, telah memicu kemarahan Rusia karena menjual drone ke Ukraina dalam konfliknya dengan separatis pro-Moskow. Erdogan secara vokal menentang pencaplokan Crimea oleh Rusia pada tahun 2014. [JP]