WahanaNews.co.id | Paus Fransiskus mengatakan dirinya meminta pertemuan di Moskow dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Paus menyatakan ingin mencoba menghentikan perang di Ukraina, tetapi belum menerima jawaban.
Dilansir detikcom dari Reuters, Selasa (3/5/2022), Paus juga mengatakan kepada surat kabar Italia Corriere Della Sera bahwa Patriark Kirill dari Gereja Ortodoks Rusia, yang telah memberikan dukungan penuh kepada perang, 'tidak dapat menjadi putra altar Putin'.
Baca Juga:
AM Putut Prabantoro: Pemda di Asia Pasifik Perlu Promosikan Perdamaian Demi Peradaban Dunia
Paus, yang melakukan kunjungan bersejarah ke kedutaan Rusia ketika perang dimulai, mengatakan kepada surat kabar itu bahwa dia meminta diplomat tinggi Vatikan untuk mengirim pesan kepada Putin. Hal itu dilakukan sekitar tiga minggu setelah konflik dimulai.
"Saya bersedia pergi ke Moskow. Tentu saja, pemimpin Kremlin perlu terbuka. Kami belum menerima tanggapan dan kami masih terus berupaya," demikian isi pesan itu.
"Saya khawatir Putin tidak dapat, dan tidak ingin mengadakan pertemuan ini saat ini. Tetapi bagaimana Anda tidak bisa menghentikan begitu banyak kebrutalan?" sambung pernyataan itu.
Baca Juga:
Jelang Hari Listrik Nasional Ke-79, PLN UP3 Jambi Turut Nyalakan Serentak Light Up The Dream Masyarakat Tidak Mampu Di Provinsi Jambi
Paus tidak secara khusus menyebut Rusia atau Putin secara terbuka sejak dimulainya konflik pada 24 Februari. Tetapi, dia tidak ragu-ragu sisi mana yang dia kritik, menggunakan istilah-istilah seperti agresi dan invasi yang tidak dapat dibenarkan dan meratapi kekejaman terhadap warga sipil.
Sementara itu, Paus mengaku tak akan melakukan perjalanan ke ibu kota Ukraina, Kiev, dalam waktu dekat.
"Pertama, saya harus pergi ke Moskow, pertama saya harus bertemu Putin. Saya melakukan apa yang saya bisa. Jika Putin hanya akan membuka pintu," katanya.
Perang di Ukraina telah membuat tegang hubungan antara Vatikan dan Gereja Ortodoks Rusia, dan menyebabkan perpecahan di antara umat Kristen Ortodoks di seluruh dunia.
Pada 11 April, Vatikan sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang perjalanan Paus ke Lebanon pada 12-13 Juni per hari sehingga dia dapat bertemu dengan Kirill pada 14 Juni di Yerusalem. Tapi, Paus memutuskan untuk tidak melakukannya.
Dalam wawancara itu, Francis mengatakan dia mengadakan konferensi video selama 40 menit dengan Kirill pada 16 Maret, sang patriark menghabiskan setengahnya untuk membaca dari selembar kertas 'dengan semua alasan untuk perang'.
Moskow sendiri menggambarkan tindakan di Ukraina sebagai 'operasi khusus' untuk demiliterisasi dan denazifikasi tetangganya. Kirill melihat perang sebagai benteng melawan Barat yang dia anggap dekaden, terutama atas penerimaan homoseksualitas.
"Kami (Paus dan Kirill) adalah pendeta dari umat Tuhan yang sama. Itulah mengapa kami harus mencari jalan damai, untuk menghentikan tembakan senjata. Patriark tidak bisa menjadi putra altar Putin," kata Paus Fransiskus. [JP]