WahanaNews.co.id | Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un mengirimkan ucapan selamat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin saat Rusia memperingati 'Hari Kemenangan' pada 9 Mei.
Dalam suratnya, Kim Jong-Un menyatakan 'solidaritas teguh' Korut terhadap Rusia.
Baca Juga:
Aksi Teror Maut di Moskow Tewaskan 40 Orang
Seperti dilansir detikcom dari BBC, Selasa (10/5/2022), tanggal 9 Mei diperingati Rusia sebagai 'Hari Kemenangan' untuk merayakan kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman pada akhir Perang Dunia II silam. Tahun ini, Rusia memperingati 77 tahun 'Hari Kemenangan' dengan parade militer dan pidato Putin.
Kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA), melaporkan bahwa Kim Jong-Un mengirimkan surat berisi ucapan selamat kepada Putin pada 9 Mei.
"(Kim Jong-Un) Menyampaikan solidaritas yang teguh kepada rakyat Rusia untuk membasmi ancaman politik dan militer dan pemerasan oleh pasukan musuh," sebut KCNA dalam laporannya merujuk pada surat untuk Putin.
Baca Juga:
Unggul 87,32 Persen Suara, Vladimir Putin Jadi Pemimpin Terlama di Rusia Setelah Joseph Stalin
Disebutkan juga oleh KCNA bahwa Kim Jong-Un juga 'menyatakan keyakinan bahwa hubungan persahabatan yang strategis dan tradisional antara kedua negara akan terus berkembang'.
Korut baru-baru ini menyoroti hubungan dekatnya dengan Rusia, dan secara terang-terangan mendukung Moskow atas invasinya ke Ukraina saat banyak negara lainnya mengecam.
Pada Februari lalu, Korut menyalahkan 'kebijakan hegemonik' dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya sebagai penyebab konflik Ukraina.
Dalam pidatonya pada 9 Mei, Putin menyatakan bahwa pasukan Rusia di Ukraina sedang membela Tanah Air dari "ancaman yang sama sekali tidak dapat diterima".
Kepada ribuan tentara yang berkumpul di Lapangan Merah, Moskow, seperti dilansir AFP, Putin mengatakan bahwa pasukan Rusia di Ukraina melanjutkan pertempuran melawan Nazisme, tetapi penting untuk "melakukan segalanya agar kengerian perang global tidak terjadi lagi."
"Anda berjuang untuk Tanah Air Anda, masa depannya, sehingga tidak ada yang melupakan pelajaran dari Perang Dunia Kedua," kata Putin di depan ribuan tentara Rusia pada saat itu.
Menurut Putin, Rusia tidak punya pilihan, selain melakukan respons pencegahan terhadap agresi, dan menyebutnya sebagai "satu-satunya keputusan yang tepat" untuk "negara yang berdaulat, kuat, dan merdeka". [JP]