WahanaNews.co.id | Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengkritik hubungan yang terjalin antara Nestle dengan Rusia. Ia berharap Nestle bisa segera sadar ditengah kehebohan yang sedang terjadi.
"'Good Food. Good Life.' Ini adalah slogan Nestlé. Perusahaan yang menolak meninggalkan Rusia," kata Zelensky ke warga Switzerland, dilansir detikcom, Selasa (22/3/2022).
Baca Juga:
Rusia Gempur Kherson dengan 71 Rudal di Malam Natal
"Bahkan sekarang ketika ada ancaman dari Rusia ke negara-negara Eropa lainnya. Tidak hanya kepada kami. Ketika ada pemerasan nuklir dari Rusia," tambahnya.
Nestle pun merespon teguran Zelensky dengan menunjukkan bukti-bukti kalau perusahaannya tidak seperti itu, mereka sudah melakukan perubahan besar di Rusia sejak invasinya ke Ukraina.
Contohnya yang secara signifikan seperti menghentikan semua impor dan ekspor dari Rusia, kecuali untuk produk-produk penting.
Baca Juga:
PM Polandia Ngamuk ke Zelensky: Jangan Hina Kami!
"Kami tidak lagi melakukan investasi atau mengiklankan produk kami. Kami tidak mendapat untung dari aktivitas kami yang tersisa," kata Juru Bicara Nestle.
Sebelumnya, Nestlé memiliki lebih dari 7.000 karyawan, yang sebagian besarnya adalah penduduk lokal Rusia. Namun, Nestle tetap membantah pernyataan Presiden Zelensky.
"Fakta bahwa kami, seperti perusahaan makanan lainnya, menyediakan makanan penting bagi penduduk, tidak berarti bahwa kami hanya melanjutkan seperti sebelumnya. Kami masih salah satu dari sedikit perusahaan makanan aktif di Ukraina dan kadang-kadang bahkan berhasil mendistribusikan makanan di Kharkiv," tegas Nestle.
Nestle mengatakan pada Jumat (11/3) bahwa perusahaannya sudah menangguhkan ekspor produknya dari Rusia kecuali untuk barang-barang penting seperti makanan bayi.
Perusahaan itu juga mengklaim bahwa telah berhenti mengimpor Nespresso dan produk lainnya ke Rusia, kecuali untuk barang-barang penting termasuk makanan bayi, sereal, nutrisi khusus dan makanan hewan terapeutik.
Nestlé mengaku pada saat Rusia menginvasi Ukraina sangat merasa terkejut dan sangat sedih.
"Perusahaan berdiri bersama masyarakat internasional dalam menyerukan perdamaian dan pemulihan keamanan dan stabilitas," ujar Nestle.
Pekan lalu, Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengkritik CEO Nestlé Mark Schneider karena masih ada aktivitas perusahaan di Rusia.
"Sayangnya, dia(Nestle) tidak menunjukkan pengertian," tulis Shmyhal di Twitter.
Setelah berbicara dengan CEO Nestle, Shymhal juga menambahkan "Membayar pajak untuk anggaran negara teroris berarti membunuh anak-anak dan ibu yang tak berdaya. Berharap Nestlé akan segera berubah pikiran". [JP]