Kedua, program dediselisasi PLTD yang tersebar sebanyak 588 MW menjadi PLTS 1,2 GWp dan baterai.
Ketiga, pembangunan 4,7 GW PLTS dan 0,6 GW PLTB.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
Keempat, implementasi co-firing biomassa pada PLTU dengan porsi rata-rata 10 persen untuk PLTU Jawa-Bali dan 20 persen untuk PLTU luar Jawa-Bali.
Kelima, pembangkit beban dasar setelah 2025 yang sebelumnya dirancang menggunakan PLTU batu bara akan diganti dengan PLT-EBT.
Keenam, menerapkan masa pensiun untuk PLTU berkapasitas 1,1 GW di Muarakarang, Priok, Tambaklorok, dan Gresik pada 2030.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
"Kami juga ada rencana relokasi pembangkit dengan tujuan untuk memanfaatkan pembangkit yang utilitasnya rendah di sistem Jawa-Bali untuk meningkatkan reserve margin di sistem luar Jawa serta mengurangi biaya investasi pembangkit," tuturnya.
Di sisi lain, Edwin mencatat pertumbuhan konsumsi atau penjualan listrik di Indonesia meningkat tahun ini meski di masa pandemi Covid-19.
Bahkan, realisasinya sudah melebihi pertumbuhan pada 2019 atau sebelum pandemi.