Meski demikian, banyaknya mutasi tidak secara otomatis berarti itu adalah hal yang buruk. Penting untuk mengetahui apa peran dari masing-masing mutasi tersebut.
Namun yang menjadi perhatian saat ini adalah bahwa virus ini sekarang sangat berbeda dari wujud awalnya yang muncul di Wuhan, China. Itu berarti efektivitas vaksin-vaksin yang telah dikembangkan untuk mengatasi galur awal virus ini, kemungkinan akan berkurang.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Beberapa mutasi pada varian ini sudah muncul pada varian lain yang telah terdeteksi sebelumnya, sehingga dapat memberikan pemahaman tentang kemungkinan peran mereka dalam varian baru.
Misalnya, N501Y terlihat mempermudah penyebaran virus corona. Ada mutasi-mutasi lainnya yang mempersulit antibodi untuk mengenali virus dan mungkin membuat vaksin kurang efektif, tetapi ada juga sejumlah mutasi lainnya yang benar-benar baru.
Profesor Richard Lassells, dari Universitas KwaZulu-Natal di Afrika Selatan, mengatakan: "Varian ini membuat kami khawatir bahwa virus tersebut mungkin memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi, meningkatkan kemampuan untuk menyebar dari orang ke orang, tetapi mungkin juga menghindari beberapa bagian dari sistem kekebalan tubuh."
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Ada banyak contoh varian yang tampak menakutkan di atas kertas, tetapi tidak menghasilkan apa-apa.
Varian Beta dikhawatirkan khalayak pada awal tahun karena merupakan varian yang terbaik dalam menghindari sistem kekebalan tubuh. Tetapi pada akhirnya Delta yang menyebar lebih cepat ke seluruh dunia.
Profesor Ravi Gupta, dari Universitas Cambridge, mengatakan: "Beta benar-benar lolos dari sistem kekebalan tubuh dan tidak memiliki mutasi lain, Delta memiliki inefektivitas dan kekebalan sederhana dari sistem imun, sementara varian [terbaru] ini berpotensi memiliki keduanya pada derajat yang tinggi."