WahanaNews.co.id | Presiden Rusia, Vladimir Putin sempat mengklaim mendapat dukungan publik untuk menginvasi Ukraina. Namun kenyataannya, publik di kota-kota Rusia menggelar aksi demonstrasi dan menyerukan antiperang.
Dilansir detikcom dari The Guardian, Jumat (25/2/2022), ribuan orang bergabung dalam protes antiperang di Rusia, setelah invasi Ukraina. Polisi menangkap lebih dari 1.700 pengunjuk rasa yang turun ke jalan di kota-kota di seluruh Rusia.
Baca Juga:
Warga Negara Ukraina-Rusia Bersatu 'Sulap' Vila di Bali Jadi Lab Narkoba
Aksi unjuk rasa berlangsung malam hari. Mereka memprotes kampanye militer.
Polisi telah melakukan setidaknya 1.702 penangkapan di 53 kota Rusia pada Kamis (24/2) malam. Sebagian besar penangkapan dilakukan di Moskow dan St Petersburg, di mana massa paling banyak.
Para pengunjuk rasa meneriakkan kalimat 'Tidak untuk perang!'.
Baca Juga:
Parlemen Ukraina Meloloskan RUU yang Izinkan Tahanan Bergabung Militer
Salah satu pengunjuk rasa di Moskow, Alexander Belov mengatakan Putin telah kehilangan akal sehatnya. "Saya pikir kita tidak akan pernah melihat perang seperti ini di abad ke-21. Ternyata kita hidup di Abad Pertengahan," kata Belov.
Suasana di Moskow gelap dan suram beberapa jam setelah Putin mengumumkan serangan militer luas ke Ukraina.
"Saya malu untuk negara saya. Sejujurnya, saya tidak bisa berkata-kata. Perang selalu menakutkan. Kami tidak menginginkan ini," kata warga lainnya, Nikita Golubev (30).