Perempuan yang berprofesi sebagai guru itu heran dengan langkah negaranya menginvasi Ukraina. Kemarahan dan keputusasaannya dibagikan oleh banyak orang yang bepergian ke pusat kota Arbat Street.
Di pusat budaya Ukraina di ujung jalan, suasananya bahkan lebih suram. Administrator Ukraina mengatakan pusat budaya Ukraina itu mempromosikan bahasa, tradisi, dan identitas negara.Pusat budaya Ukraina tersebut akan ditutup pemerintah pada Senin pekan depan.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
"Kami dibom saat kami berbicara. Tentu saja kami tutup! Tuhan Yesus, apa yang terjadi?" teriak pengurus yang tidak mau disebutkan namanya.
Pada hari Selasa, salah satu tokoh media paling populer di Rusia, Yuri Dudt, mengatakan dia 'tidak memilih rezim ini' dan kebutuhannya akan sebuah kerajaan, dan merasa malu. Hal itu diunggahnya dalam sebuah posting-an, dan disukai hampir satu juta netizen dalam 24 jam.
Sebuah jajak pendapat baru oleh Levada Center independen yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan bahwa hanya 45 persen orang Rusia yang mendukung langkah pengakuan yang mendahului peristiwa dramatis Kamis pagi.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
"Saya tidak berpikir Putin akan bersedia untuk pergi jauh-jauh. Bagaimana kita bisa mengebom Ukraina? Negara kita memiliki perbedaan pendapat, tetapi ini bukan cara untuk menyelesaikannya," kata Ksenia Moskow.
Elit budaya dan olahraga Rusia, yang biasanya sangat mendukung Putin dan sering dipanggil oleh Putin selama kampanye pemilihan untuk mengumpulkan dukungan rakyat, juga mengungkapkan kekhawatiran mendalam mereka tentang invasi Rusia.
Valery Meladze, penyanyi paling dicintai di negara itu, memposting video emosional di mana ia memohon Rusia untuk menghentikan perang. "Hari ini terjadi sesuatu yang seharusnya tidak pernah terjadi. Sejarah akan menjadi hakim dari peristiwa ini. Tapi hari ini, saya mohon, tolong hentikan perang," ujar Meladze.