WahanaNews.co.id | Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Senin (28/2) kemarin melarang penduduknya untuk mentransfer uang ke luar negeri.
Kebijakan tersebut salah satu bagian dari langkah-langkah Rusia untuk menopang nilai rubel (mata uang Rusia) yang anjlok akibat sanksi dari negara-negara Barat atas invasi Rusia ke Ukraina.
Baca Juga:
Dampak Sanksi Berat ke Rusia, Harga Minyak Dunia Melonjak Lebih dari 5 Persen
Dikutip detikcom dari The Moscow Times (1/3/2022), langkah Putin itu ditunjukan sebagai bagian dari daftar tindakan darurat sekaligus strategi untuk menopang ekonomi Rusia yang saat ini sedang kesusahan.
Tidak tanggung-tanggung, Putin melarang siapa pun untuk mengirim uang tunai ke rekening asing. Langkah itu memang tidak memengaruhi pembayaran utang luar negeri, kata Bank Sentral dalam sebuah pernyataan setelah pengumuman tersebut.
Diketahui, Rusia terakhir kali gagal membayar utangnya pada tahun 1998. Peristiwa itu sejatinya telah memberi dampak para pembuat kebijakan ekonomi, telah berjanji untuk tidak akan pernah mengulangi hal itu lagi.
Baca Juga:
Uni Eropa Umumkan Sanksi Baru bagi Rusia
Selain itu, Bank Sentral Rusia juga melarang orang asing menjual saham di perusahaan yang terdaftar di Rusia dan menaikkan suku bunga menjadi 20%. Langkah lain ini dirancang untuk menopang mata uang yang sedang jatuh akhir-akhir ini.
Bank Rusia telah menaikkan suku bunga dari 9,5% setelah rubel merosot 30% setelah sanksi baru Barat. Rubel kemudian turun kembali menjadi sekitar 20%.
"Putin sendiri sekarang telah memutuskan Rusia dari pasar modal internasional untuk waktu yang sangat lama. Biaya pembiayaan Rusia akan tetap tinggi untuk waktu yang lama pula, bahkan China tidak akan meminjamkan," kata Timothy Ash, spesialis utang pemerintah Rusia.