Tidak hanya itu, buku yang diterbitkan sudah mencapai 10 terbitan dan mempunyai hak paten. Saat ini di Unhas, Profesor Harun masuk peneliti urutan nomor satu versi Sinta, dan nomor urut 12 di seluruh Indonesia.
"Saya baru serius di 2016. Saya teliti macam-macam, ada soal kanker rongga mulut, penggunaan obat herbal untuk hambatan kuman dalam rongga mulut dan lainnya. Paling terakhir, saya buat alat Elecromyografi untuk mendeteksi kekuatan kontraksi otot gigi," tuturnya.
Baca Juga:
Misteri Babi Ngepet Sukses Diungkap Peneliti Secara Ilmiah
Kendati demikian, kata dia, alat itu belum ada di Indonesia. Sehingga dirinya berinisiatif menciptakannya bersama dosen Teknik Informatika dan Teknik Elektro. Namanya alatnya, Diagnostik kontraksi Otot Orofasial Dentosmart EMG.
Alat ini digunakan untuk mendeteksi kekuatan kontraksi otot orofasial untuk preventif gigi tidak beraturan (maloklusi) pada anak tumbuh kembang.
Sehingga seorang anak yang umur belasan tahun giginya tonggos bisa dideteksi. Kemudian bisa dicegah agar tidak tambah tonggos dengan memperbaiki otot giginya.
Baca Juga:
5 Negara di Dunia yang Paling Rawan Gempa Bumi, Indonesia Nomor Berapa?
Alatnya berhasil tercipta saat kompetisi riset nasional Kemeristek Dikti selama dua tahun untuk riset dasar dan akan lanjut ke terapan.
"Alatnya belum ada di Indonesia, cuma ada di Jepang dan Amerika. Sementara tidak bisa dipinjamkan, terpaksa kami bikin sendiri alatnya dan akan saya patenkan nanti," ujar suami dari Dr. Sri Ramadhany MARS ini.
Harun berharap, agar kampus Unhas kedepan membuat kebijakan yang memberi dukungan besar kepada peneliti-peneliti dari Unhas.