Saat pier shaft telah berada pada posisi sempurna, secara perlahan minyak dipompa keluar dan lengan beton merapat ke tiang dengan sendirinya. sistem LPBH itu dimatikan sehingga perlu alat berat untuk menggesernya. Namun, karena khawatir konstruksi itu bergeser. Dia memancang delapan batang besi berdiameter 3,6 cm untuk memaku pier head ke pier shaft lewat lubang yang telah disiapkan. Kemudian, satu demi satu alat LPBH itu diterapkan pada konstruksi beton lengan jembatan lain.
Awal dari Penemuan Teknik Sosrobahu
Awal dari penemuan ini Ir. Tjokorda sedang ingin membetulkan mobilnya di garasi, dengan kondisi garasi yang miring. Pembantunya hanya mengganjal satu ban belakang menapak pada permukaan lantai yang licin karena ceceran minyak pelumas. Mobil disentuh sehingga badan mobil berputar dengan titik sumbu dongkrak sebagai porosnya. Saat itulah dia menyempurnakan prinsip dasar yang ia dapatkan tersebut.
Baca Juga:
Peran Kejaksaan dalam Perjuangan Kemerdekaan: Jejak Tokoh-Tokoh Terkemuka
Hal ini lah yang memberikan ide bagi Tjokorda. Ia pun melakukan percobaan dengan membuat garis. Ia juga menggunakan hukum Pascal yang menyatakan: “Jika zat cair pada ruang tertutup diberi tekanan, maka tekanan diteruskan ke segala arah”.
Saat itu yang dipakai adalah minyak pelumas sebagai fluida hidroliknya dengan viskositas yang belum rusak. Bila tekanan P dimasukkan ruang seluas A akan menimbulkan gaya F sebesar P dikalikan A yang digabungkan dengan beberapa parameter menjadi "rumus sukawati" dan rumus ini masih sangat orisinil karena belum ada pengembangan lebih lanjut pada saat itu.
Penamaan dan Pemberian Hak Paten/ Hak Cipta
Pada pemasangan yang ke-85, awal November 1989, Presiden Soeharto ikut menyaksikan dan memberi nama teknologi itu. Nama Sosrobahu diambil dari nama tokoh cerita Mahabharata. Sejak saat itu LBPH dikenal sebagai Teknik Sosrobahu
Baca Juga:
Dukungan Tokoh Lintas Agama Pada FKUB Sulteng Upaya Peningkatan Kerukunan Antara Umat Beragama
Temuan Ir. Tjokorda digunakan insinyur Amerika Serikat dalam membangun jembatan di Seattle. Mereka bahkan patuh pada tekanan minyak 78 kg/cm2 yang menurut Tjokorda adalah misteri ketika menemukan alat LBPH Sosrobahu itu. Tjokorda kemudian membangun laboratorium dan melakukan penelitian pada hal tersebut dan hasilnya perhitungan susulan menghasilkan angka teknis tekanan 78,05 kg/cm2, nyaris persis sama dengan angka wangsit yang diperolehnya sebelum itu.
Sosrobahu Versi Kedua
Teknik sosrobahu dikembangan sehingga lahir versi ke-2. Perbedaannya, pada versi pertama memakai angkur baja yang disisipkan ke beton, akan tetapi pada versi kedua hanya dipasang kupingan berlubang di tengah, lebih sederhana dan lebih mudah dalam pengaplikasiaannya yang hanya memerlukan waktu sekitar 45 menit, lebih efektif apabila dibandingkan dengan versi pertama yang membutuhkan waktu sekitar dua hari. Secara ilmu teknis, konstruksi sosrobahu dapat bertahan sekitar satu abad lamanya. (JP)