WahanaNews.co.id | Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan melakukan perjalanan ke Eropa untuk menghadiri KTT luar biasa NATO terkait Ukraina minggu depan. Biden bakal ke Eropa di tengah perang Rusia vs Ukraina yang telah menyebabkan sekitar 3 juta orang mengungsi.
Dilansir detikcom dari Reuters, Rabu (16/3/2022), pasukan Rusia terus menyerang dan berupaya merebut ibu kota Ukraina, Kiev. Pemerintah Kiev mengatakan setempat mengatakan pemboman pada hari Selasa telah menewaskan sedikitnya lima orang.
Baca Juga:
BTS akan Mengunjungi White House, Bahas Rasisme Anti Asia
Pemerintah setempat menyebut bangunan-bangunan terbakar dan orang-orang terkubur di bawah reruntuhan di ibu kota. Sekitar 2.000 mobil meninggalkan kota pelabuhan selatan Mariupol yang dianggap sebagai lokasi krisis kemanusiaan.
PBB sendiri mencatat lebih dari 3 juta orang telah meninggalkan Ukraina dengan lebih dari 1,8 juta tiba di Polandia. Perdana menteri Polandia, Slovenia dan Republik Ceko berada di Kiev pada hari Selasa untuk menunjukkan solidaritas.
Para pemimpin NATO akan bertemu di markas aliansi militer di Brussel pada 24 Maret untuk membahas krisis yang telah memicu kekhawatiran konflik yang lebih luas di Barat yang tidak terpikirkan selama beberapa dekade.
Baca Juga:
Korut Siapkan Uji Coba Nuklir Ditengah Covid-19
"Kami akan membahas invasi Rusia ke Ukraina, dukungan kuat kami untuk Ukraina, dan lebih lanjut memperkuat pencegahan dan pertahanan NATO," tulis Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di Twitter.
Biden akan hadir, kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki kepada wartawan.
"Tujuannya adalah untuk bertemu secara langsung dan berbicara tentang dan menilai di mana kita berada pada titik konflik ini," katanya.
Psaki enggan berkomentar soal kemungkinan Biden akan berkunjung ke Polandia, melakukan sesuatu yang terkait dengan pengungsi Ukraina atau bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Dia mengatakan rincian perjalanan masih dalam pembahasan.
Rusia sendiri menyebut invasi ini sebagai 'operasi militer khusus' untuk demiliterisasi dan 'denazifikasi' Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut tetangganya sebagai koloni AS dengan rezim boneka dan tidak memiliki tradisi kenegaraan yang merdeka.
Pembicaraan antara Rusia dan Ukraina melalui tautan video dilanjutkan pada Selasa. Para pejabat Ukraina berharap perang bisa berakhir lebih cepat dari yang diperkirakan, dengan mengatakan Moskow mungkin akan menerima kegagalannya untuk memaksakan pemerintahan baru dengan paksa.
Zelensky mengatakan Ukraina siap menerima jaminan keamanan dari Barat yang menghentikan tujuan jangka panjangnya untuk bergabung dengan NATO. Moskow melihat keanggotaan Ukraina di aliansi Barat di masa depan sebagai ancaman dan telah menuntut jaminan bahwa mereka tidak akan pernah bergabung.
"Jika kita tidak bisa masuk melalui pintu terbuka, maka kita harus bekerja sama dengan asosiasi yang kita bisa, yang akan membantu kita, melindungi kita dan memiliki jaminan terpisah," kata Zelensky.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan terlalu dini untuk memprediksi kemajuan dalam pembicaraan.
"Pekerjaannya sulit, dan dalam situasi saat ini fakta bahwa (pembicaraan) berlanjut mungkin positif," katanya. [JP]