Kunjungan Biden ke Eropa, yang bertujuan menunjukkan posisi kuat dalam melawan invasi Rusia ke Ukraina, itu dipuji secara luas. Namun kalimat ad-lib yang dilontarkan Biden soal Putin dalam pidato itu mengejutkan para penasihat kepresidenan AS.
"Demi Tuhan, pria ini tidak bisa terus berkuasa," demikian komentar Biden yang kini menuai kecaman.
Baca Juga:
BTS akan Mengunjungi White House, Bahas Rasisme Anti Asia
Gedung Putih langsung mengambil langkah cepat untuk mengklarifikasinya, dengan menegaskan Biden tidak mengadvokasi 'perubahan rezim' di Rusia. Ketika ditanya lebih lanjut oleh wartawan, pada Minggu (27/3) waktu setempat, apakah itu yang dia serukan, Biden menjawab: "Tidak."
Namun komentar-komentar Biden lainnya, yang juga menyebut Putin sebagai 'tukang daging', telah memicu kemarahan Rusia, membuat heran sekutu-sekutu AS dan memaksa para penasihat kepresidenan AS untuk berjibaku meredakan kritikan yang muncul.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang sedang berada di Yerusalem turut menyangkal bahwa Biden menyerukan penggulingan Putin. Blinken menjelaskan bahwa poin pernyataan Biden adalah 'Putin tidak bisa diberdayakan untuk mengobarkan perang, atau terlibat agresi melawan Ukraina, atau siapa saja'.
Baca Juga:
Korut Siapkan Uji Coba Nuklir Ditengah Covid-19
Pilihan soal pemimpin Rusia, tegas Blinken, 'tergantung pada rakyat Rusia'.
Pembelaan senada juga disampaikan Duta Besar AS untuk NATO, Julianne Smith, yang menegaskan bahwa: "AS tidak memiliki kebijakan perubahan rezim terhadap Rusia, titik."
Namun demikian, diplomat AS yang memimpin Dewan Hubungan Luar Negeri, Richard Haass, menyebut Biden telah 'membuat situasi yang sulit menjadi semakin sulit dan situasi berbahaya menjadi semakin berbahaya'.